Posted on 2023-10-30 By.Admin Category:KESEHATAN
Osteoporosis adalah sebuah kondisi medis yang ditandai oleh penurunan massa tulang dan kerapuhan tulang yang meningkat. Dalam osteoporosis, tulang kehilangan kepadatan dan kekuatan mereka, sehingga menjadi lebih rentan terhadap retak atau patah. Kondisi ini biasanya terjadi secara perlahan selama beberapa tahun dan seringkali tanpa gejala hingga terjadi patah tulang atau fraktur.
Osteoporosis umumnya terkait dengan penurunan kadar hormon estrogen pada wanita setelah menopause dan kadar hormon testosteron pada pria yang juga menurun seiring bertambahnya usia. Faktor risiko lainnya termasuk riwayat keluarga dengan osteoporosis, konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok, kekurangan kalsium dan vitamin D, serta kurangnya aktivitas fisik. Fraktur akibat osteoporosis biasanya terjadi pada tulang pinggul, tulang paha, tulang belakang, dan pergelangan tangan. Fraktur tersebut dapat menyebabkan nyeri yang signifikan, gangguan mobilitas, dan komplikasi lainnya.
Data Kemenkes RI tahun 2020 mencatat prevalensi osteoporosis di Indonesia sebesar 23% pada wanita berusia 50-80 tahun, dan 53% pada wanita berusia 80 tahun ke atas. Kondisi ini dapat menyebabkan dari gejala yang paling ringan seperti nyeri saat berjalan atau saat tulang digerakkan, hingga yang fatal seperti patah tulang dikarenakan tulang mengalami kerapuhan. Adapun lokasi tulang yang sering mengalami efek dari kerapuhan ini yaitu pada tulang belakang bagian bawah, tulang pinggul, dan pergelangan tangan.
Pencegahan osteoporosis melibatkan mengadopsi gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi cukup kalsium dan vitamin D, berolahraga secara teratur, berhenti merokok, dan membatasi konsumsi alkohol. Dokter juga dapat meresepkan obat untuk mengurangi risiko fraktur pada individu dengan osteoporosis yang berisiko tinggi. Jika kita memiliki risiko osteoporosis atau memiliki gejala yang mencurigakan, konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
Penyebab Osteoporosis
Osteoporosis disebabkan oleh menurunnya kemampuan tubuh dalam meregenerasi tulang sehingga kepadatan tulang berkurang. Penurunan kemampuan regenerasi ini biasanya akan dimulai saat seseorang memasuki usia 35 tahun.
Selain faktor usia, ada beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis, seperti kekurangan vitamin D, gangguan hormon, jarang berolahraga, konsumsi obat-obatan tertentu, serta kebiasaan merokok. Osteoporosis dipengaruhi oleh kemampuan tubuh untuk melakukan regenerasi tulang, yaitu proses penggantian sel tulang yang lama dan rapuh menjadi sel tulang yang baru.
Di usia muda, kemampuan regenerasi tulang masih baik sehingga sel-sel baru lebih cepat terbentuk. Akan tetapi, kemampuan regenerasi ini akan menurun seiring bertambahnya usia. Osteoporosis terjadi bila kepadatan tulang tidak terbentuk dan terjaga dengan baik sejak usia muda. Penyakit ini memiliki beberapa penyebab utama, termasuk:
1. Keturunan: Faktor genetik dan riwayat keluarga dapat memainkan peran penting dalam risiko seseorang mengembangkan osteoporosis. Jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat osteoporosis, risiko kita mungkin lebih tinggi.
2. Jenis kelamin: Wanita memiliki risiko yang lebih tinggi daripada pria untuk mengembangkan osteoporosis, terutama setelah menopause. Ini karena penurunan hormon estrogen pada wanita menopause dapat mempercepat kehilangan massa tulang.
3. Kurangnya Kalsium dan Vitamin D: Kalsium adalah mineral penting untuk pembentukan tulang, dan vitamin D membantu tubuh dalam menyerap kalsium. Kekurangan kalsium dan vitamin D dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang.
4. Menopause (Pada Wanita): Menopause menyebabkan penurunan tajam dalam kadar hormon estrogen, yang merupakan faktor pelindung terhadap kepadatan tulang pada wanita. Kehilangan estrogen selama menopause dapat mempercepat penurunan kepadatan tulang.
Gejala Umum Osteoporosis
Osteoporosis terjadi secara bertahap dan sering kali tidak diiringi gejala apa pun. Namun, saat kepadatan tulang makin berkurang, salah satu gejala yang bisa muncul adalah patah tulang yang mudah terjadi meski hanya terkena benturan atau tekanan ringan.
Selain rasa sakit ketika tulang patah dan retak, penderita osteoporosis juga dapat mengalami gejala berikut :
a. Postur tubuh membungkuk.
b. Penyusutan tinggi badan.
c. Nyeri punggung akibat tulang belakang patah.
Tips untuk kelola dan kurangi risiko osteoporosis
Salah satu komplikasi dari osteoporosis adalah patah tulang, terutama di tulang belakang dan tulang pinggul. Patah tulang dapat menyebabkan nyeri, gangguan dalam bergerak, dan penurunan produktivitas. Berikut beberapa tips untuk mengelola atau mengurangi risiko osteoporosis:
1. Asupan Kalsium yang Cukup
Pastikan tubuh kita mendapatkan cukup kalsium. Hal ini dikarenakan kalsium adalah nutrisi penting untuk kesehatan tulang. Makanan yang kaya kalsium meliputi produk susu rendah lemak, sayuran hijau (misalnya, brokoli, kale), dan makanan yang diperkaya kalsium. Kita juga bisa mendapatkan kalsium dari beberapa jenis makanan atau minuman seperti susu kedelai/susu almond, tempe, tahu, ikan dan kacang-kacangan.
2. Cukupi vitamin D
Vitamin D berfungsi untuk meningkatkan kadar penyerapan kalsium di dalam usus serta mengatur kadar kalsium agar tidak terlalu rendah dan Kesehatan tulang akan tetap terjaga dan terbebas dari osteoporosis. Cara paling sederhana adalah berjemur di pagi hari setiap 5-15 menit setiap 2-3 kali seminggu. Jangan lupa untuk melindungi tubuh dengan tabir surya (sunblock) agar terhindar dari kanker kulit.
3. Berolahragalah teratur dan aktif bergerak
Olahraga secara teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi risiko fraktur. Untuk mengurangi risiko osteoporosis, olahraga dengan intensitas gerak ringan-sedang sangat disarankan, seperti jalan sehat, senam, yoga, bersepeda, dan berenang.
4. Hindari rokok dan minuman alkohol, serta kafein yang berlebih
Kebiasaan merokok, minum alkohol, sampai mengkonsumsi minuman kafein seperti kopi dalam frekuensi sering akan berdampak pada kesehatan tulang. Diketahui zat nikotin didapatkan di dalam rokok memberikan efek toksik langsung pada osteoblast yang akan menyebabkan meningkatnya risiko patah tulang.
5. Kurangi Gula dan Garam
Diet yang tinggi gula dan garam dapat merusak kesehatan tulang. Upayakan untuk mengonsumsi makanan yang rendah gula dan garam.
6. Pemantauan Kesehatan Tulang
Jika kita memiliki risiko tinggi atau telah didiagnosis dengan osteoporosis, dokter mungkin akan melakukan pengukuran densitas tulang (DXA) secara teratur untuk memantau perkembangan kondisi tubuh kita.
Nah sobat sehat, Osteoporosis itu dapat dikelola dengan baik melalui perubahan gaya hidup sehat dan pengobatan yang sesuai. Tidak lupa untuk terus konsultasikan dengan dokter di fasilitas kesehatan terdekat ya untuk perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan kita. Jika Anda telah diresepkan obat untuk mengelola osteoporosis, penting untuk mengikuti petunjuk pengobatan yang diberikan oleh dokter dengan cermat.
Semoga bermanfaat!
Referensi
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Osteoporosis di Indonesia, 2020. Jakarta: Kemenkes RI
Cleveland Clinic. 2020. Disease & Conditions. Osteoporosis.
Meri Ramadhani. 2019. Faktor-faktor Risiko Osteoporosis dan Upaya Pencegahannya. Jurnal Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang.
National Health Service UK. 2019. Health A to Z. Osteoporosis.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Osteoporosis di Indonesia.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2113/mari-ketahui-osteoporosis
30 October 2023 KESEHATAN
Komentari Berita